Memperistri Bidadari
Memperoleh bidadari di akhirat nanti adalah impian banyak lelaki. Namun ternyata, ada lelaki yang telah mendapatkan anugerah menikahi bidadari, bahkan di dunia ini. Siapa lelaki beruntung seperti itu dan bagaimana caranya? Abu Bakar adalah salah satunya.
“Siapa ingin melihat bidadari,” sabda Rasulullah suatu ketika, “lihatlah Ummu Ruman.”
Ummu Ruman, yang nama aslinya adalah Zainab, tidak lain adalah istri Abu Bakar. Dialah ibu kandung Abdullah bin Abu Bakar dan Aisyah binti Abu Bakar.
Perempuan seperti apakah Ummu Ruman hingga disebut bidadari oleh Sang Nabi? “Ia adalah sosok perempuan yang cantik lahir dan batin,” tulis Muhammad Raji Hasan Kinas dalam buku Istri Para Khalifah
Cantik lahir tentu sangat relatif. Setiap orang, termasuk kaum Adam memiliki pandangan yang berbeda. Dengan cinta, seorang suami akan mendapati istrinya sebagai perempuan paling cantik sedunia.
Bentuk wajah, mata, bibir, hidung hingga warna kulit adalah pemberian Allah. Pada titik ini, perempuan tidak selayaknya “bersaing” dan “berbangga”. Maka mengusahakan menjadi cantik lahir bukanlah dengan mengubah ciptaan Allah. Operasi plastik, misalnya. Itu dilarang oleh Islam. Mengupayakan cantik lahir -di hadapan suami- adalah dengan menjaga tubuh tetap bersih, rajin merawatnya, rajin berolah raga, menjaga bau badan, tampil segar dan menjaga makanan serta pola makan. Pada titik ini, satu upaya menjadi “bidadari” bisa dilakukan seluruh istri.
Cantik batin adalah persoalan yang lebih substantif bagi “bidadari”. Perempuan seperti Ummu Ruman bisa mendapatkan gelar “bidadari” karena keimanannya. Dari iman yang kuat itulah ia kemudian menjadi pejuang dakwah, bahkan pada generasi pertama. Setelah Abu Bakar menyampaikan kabar gembira bahwa Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan ia mengimaninya, Ummu Ruman langsung menyambut seruan itu dengan masuk Islam pula. Maka hari-hari berikutnya diukir Ummu Ruman sebagai hari-hari perjuangan Islam. Ia lah yang mendampingi dan mensupport Abu Bakar untuk menemani Sang Nabi, termasuk dalam hijrahnya. Ia pula yang menemani Abu Bakar saat mengalami boikot ekonomi bersama Bani Hasyim. Ia pula yang memotivasi putrinya agar bersedia menjadi ummul mukminin.
“Ummu Ruman adalah anugerah teragung bagi Abu Bakar r.a,” lanjut Muhammad Raji Hasan Kinas. “Ia adalah wanita shalihah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Jika suaminya memandang maka dia membuatnya senang. Jika suaminya memerintahnya maka ia menaati. Jika bersumpah atasnya maka ia membebaskannya. Jika suaminya meninggalkannya maka ia menjaga diri dan hartanya.”
Maka berusaha menjadi bidadari di dunia berarti menempuh cara ini; berusaha menjadi wanita shalihah. Dan sejatinya, bidadari dunia seperti ini lebih mulia dari bidadari yang sesungguhnya.
Dalam hadits riwayat Ath Thabrani, Ummu Salamah menuturkan, “Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?' Rasulullah menjawab, 'Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tak terlihat.' Aku bertanya, 'Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?' Beliau menjawab, 'Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata 'Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.'”
Kau bunga ditamanku
Mekar dan kian mewangi
Menghiasi diriku
Dimanapun ku berada
Dilubuk hati ini
Engkau bidadari surgaku
Kepergianku dalam berjuang
Kau antar dengan do'a dan senyuman
Kemuliaanmu yang penuh ketulusan
Pantaslah bila kuhargai dirimu
Sebagai bidadari syurgaku
Jika perempuan telah mengetahui rahasia menjadi bidadari, bagaimana cara laki-laki mendapatkannya?
Jawabannya adalah, jika ingin mendapatkan istri seperti Ummu Ruman, jadilah suami seperti Abu Bakar. Jika ingin mendapatkan istri seperti Aisyah, jadilah suami seperti Rasulullah.
Artinya, jadikanlah diri kita baik agar pantas mendapatkan istri yang baik. Itu bagi yang belum menikah. Bagi yang sudah menikah, perbaikilah diri kita agar Allah memperbaiki istri kita.
“Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (Qs. An Nur:26)
Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]
“Siapa ingin melihat bidadari,” sabda Rasulullah suatu ketika, “lihatlah Ummu Ruman.”
Ummu Ruman, yang nama aslinya adalah Zainab, tidak lain adalah istri Abu Bakar. Dialah ibu kandung Abdullah bin Abu Bakar dan Aisyah binti Abu Bakar.
Perempuan seperti apakah Ummu Ruman hingga disebut bidadari oleh Sang Nabi? “Ia adalah sosok perempuan yang cantik lahir dan batin,” tulis Muhammad Raji Hasan Kinas dalam buku Istri Para Khalifah
Cantik lahir tentu sangat relatif. Setiap orang, termasuk kaum Adam memiliki pandangan yang berbeda. Dengan cinta, seorang suami akan mendapati istrinya sebagai perempuan paling cantik sedunia.
Bentuk wajah, mata, bibir, hidung hingga warna kulit adalah pemberian Allah. Pada titik ini, perempuan tidak selayaknya “bersaing” dan “berbangga”. Maka mengusahakan menjadi cantik lahir bukanlah dengan mengubah ciptaan Allah. Operasi plastik, misalnya. Itu dilarang oleh Islam. Mengupayakan cantik lahir -di hadapan suami- adalah dengan menjaga tubuh tetap bersih, rajin merawatnya, rajin berolah raga, menjaga bau badan, tampil segar dan menjaga makanan serta pola makan. Pada titik ini, satu upaya menjadi “bidadari” bisa dilakukan seluruh istri.
Cantik batin adalah persoalan yang lebih substantif bagi “bidadari”. Perempuan seperti Ummu Ruman bisa mendapatkan gelar “bidadari” karena keimanannya. Dari iman yang kuat itulah ia kemudian menjadi pejuang dakwah, bahkan pada generasi pertama. Setelah Abu Bakar menyampaikan kabar gembira bahwa Muhammad diutus sebagai Rasulullah dan ia mengimaninya, Ummu Ruman langsung menyambut seruan itu dengan masuk Islam pula. Maka hari-hari berikutnya diukir Ummu Ruman sebagai hari-hari perjuangan Islam. Ia lah yang mendampingi dan mensupport Abu Bakar untuk menemani Sang Nabi, termasuk dalam hijrahnya. Ia pula yang menemani Abu Bakar saat mengalami boikot ekonomi bersama Bani Hasyim. Ia pula yang memotivasi putrinya agar bersedia menjadi ummul mukminin.
“Ummu Ruman adalah anugerah teragung bagi Abu Bakar r.a,” lanjut Muhammad Raji Hasan Kinas. “Ia adalah wanita shalihah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Jika suaminya memandang maka dia membuatnya senang. Jika suaminya memerintahnya maka ia menaati. Jika bersumpah atasnya maka ia membebaskannya. Jika suaminya meninggalkannya maka ia menjaga diri dan hartanya.”
Maka berusaha menjadi bidadari di dunia berarti menempuh cara ini; berusaha menjadi wanita shalihah. Dan sejatinya, bidadari dunia seperti ini lebih mulia dari bidadari yang sesungguhnya.
Dalam hadits riwayat Ath Thabrani, Ummu Salamah menuturkan, “Aku bertanya, 'Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?' Rasulullah menjawab, 'Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tak terlihat.' Aku bertanya, 'Mengapa wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari?' Beliau menjawab, 'Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuningan, sanggulnya mutiara, dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata 'Kami hidup abadi dan tidak mati. Kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali. Kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali. Kami ridha dan tak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.'”
Kau bunga ditamanku
Mekar dan kian mewangi
Menghiasi diriku
Dimanapun ku berada
Dilubuk hati ini
Engkau bidadari surgaku
Kepergianku dalam berjuang
Kau antar dengan do'a dan senyuman
Kemuliaanmu yang penuh ketulusan
Pantaslah bila kuhargai dirimu
Sebagai bidadari syurgaku
(Nasyid Bidadari Syurgaku, The Fikr)
Jika perempuan telah mengetahui rahasia menjadi bidadari, bagaimana cara laki-laki mendapatkannya?
Jawabannya adalah, jika ingin mendapatkan istri seperti Ummu Ruman, jadilah suami seperti Abu Bakar. Jika ingin mendapatkan istri seperti Aisyah, jadilah suami seperti Rasulullah.
Artinya, jadikanlah diri kita baik agar pantas mendapatkan istri yang baik. Itu bagi yang belum menikah. Bagi yang sudah menikah, perbaikilah diri kita agar Allah memperbaiki istri kita.
“Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.” (Qs. An Nur:26)
Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]
Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2012/05/memperistri-bidadari.html
0 Response to "Memperistri Bidadari "
Posting Komentar